Uang Hasil Judi Untuk Sedekah

Uang Hasil Judi Untuk Sedekah

Hukum Sedekah Barang Hasil Curian

Sedekah memang dianjurkan dalam Islam. Namun sedekah menggunakan barang hasil curian tidaklah dibenarkan. Karena Allah SWT menyuruh hambanya untuk bersedekah dari harta yang halal.

Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam surah Al Baqarah ayat 267:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَنفِقُوا۟ مِن طَيِّبَٰتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّآ أَخْرَجْنَا لَكُم مِّنَ ٱلْأَرْضِ ۖ وَلَا تَيَمَّمُوا۟ ٱلْخَبِيثَ مِنْهُ تُنفِقُونَ وَلَسْتُم بِـَٔاخِذِيهِ إِلَّآ أَن تُغْمِضُوا۟ فِيهِ ۚ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ حَمِيدٌ

Arab-Latin: Yā ayyuhallażīna āmanū anfiqụ min ṭayyibāti mā kasabtum wa mimmā akhrajnā lakum minal-arḍ, wa lā tayammamul-khabīṡa min-hu tunfiqụna wa lastum bi`ākhiżīhi illā an tugmiḍụ fīh, wa'lamū annallāha ganiyyun ḥamīd

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

Rasulullah SAW juga bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak menerima salat tanpa bersuci dan sedekah dari hasil korupsi (gulul)." (HR. an-Nasa'i)

Menurut Dosen Tafsir dan Bahasa Arab di Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Dirosat Islamiyah Al-Hikmah Jakarta, Muhammad Aqil Haidar, seorang pencuri lebih diwajibkan untuk mengembalikan barang hasil curiannya daripada bersedekah. Karena harta tersebut bukanlah miliknya.

"Maka jika ia mencuri dari orang kemudian dia sedekahkan, sedekahnya mungkin berpahala tapi dia wajib untuk mengembalikan kepada orang itu. Pahala dia sedekah tidak akan pernah bisa menutupi kewajiban dia kepada orang yang ia curi," kata Muhammad Aqil Haidar, kepada detikHikmah, Minggu (10/11/2024).

"Jadi harus dikembalikan kepada orang yang ia curi. Itu kalau orangnya diketahui, saya nyuri ke si A tapi saya sedekahkan ke B, nggak bisa. Ya antum mungkin dapat pahala dari sedekah ke B, tapi dosa antum kepada si A jauh lebih besar daripada sedekah ke si B. Jadi nggak akan nutup itu," bebernya.

Namun, jika pemilik barang atau uang yang dicuri tidak diketahui, misalnya karena pemiliknya tidak dapat ditemukan atau ahli warisnya tidak ada, maka barang atau uang tersebut perlu disedekahkan kepada orang lain sebagai bentuk pengembalian.

"Apakah kita berpahala? Tidak. Karena itu memang kewajiban kita. Itu memang bukan hak kita. Kita bersedekah akan dapat pahala jika itu duit kita dan dengan keridhoan kita berikan kepada orang lain. Itulah yang berpahala," tutur Muhammad Aqil Haidar.

"Tetapi kalau mengembalikan harta orang, itu nggak berpahala, itu kewajiban. Nah kalau orangnya diketahui siapa, dikembalikan ke orangnya. Kalau orangnya tidak diketahui siapa, ya pokoknya jangan di tangan kita. Harus dilepaskan," sambungnya.

Hal ini besandar pada kisah Abu Bakar yang menang berjudi melawan orang kafir. Namun ternyata judi sudah diharamkan pada saat itu.

Ketika judi diharamkan maka Rasulullah SAW mengatakan harta tersebut harus di sedekahkan semuanya.

"Itu bukti bahwasanya harta haram itu tidak boleh disedekahkan tapi harus di buang. Tapi itu nilainya bukan nilai sedekah tapi nilai membersihkan diri dari harta haram itu," tukas Muhammad Aqil Haidar.

Dengan demikian, uang yang dihasilkan dari judi online adalah haram.

Barang haram sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Sa’duddin At-Taftazani (wafat 793 H) terbagi menjadi dua bagian, yaitu: (1) haram karena esensinya (dzatiyah), seperti bangkai dan khamar; dan (2) haram karena faktor lain, seperti harta orang lain yang didapatkan dengan cara yang haram.

Faktor kedua ini, barangnya merupakan barang halal, hanya saja karena didapatkan dengan cara yang haram, maka menjadikannya sebagai barang haram pula. Keharamannya juga karena disebabkan barang tersebut bukan menjadi miliknya, namun tetap menjadi milik pemilik aslinya. Karenanya ia tidak boleh menggunakannya untuk makan dan lainnya.

Sedekah merupakan amalan yang dianjurkan bagi umat muslim karena memiliki banyak keutamaan dan manfaat yang bisa didapatkan. Sedekah sendiri memiliki arti yaitu menginfakan sebagian harta di jalan Allah dengan niat ikhlas dan tidak mengharap imbalan apapun melainkan hanya untuk beribadah kepada Allah melalui harta yang dimiliki. Kata sedekah diambil dari bahasa arab yaitu “Shodaqoh” berasal dari kata “Sidiq” yang merupakan kebenaran.

Sedekah dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dan dimana saja. Terdapat jenis-jenis sedekah yaitu, sedekah untuk anak yatim, menyumbang pembangunan masjid, memberikan bantuan kepada yang kurang mampu, membantu kerabat, memberi makan hewan, dan masih banyak lagi. Selain itu, sedekah juga memiliki banyak keutamaan dan manfaat diantaranya adalah:

Umat Islam senantiasa diberikan berbagai keistimewaan agar berkesempatan untuk bertaubat  dan menghapus dosa-dosanya dengan cara yang diridhoi Allah SWT. Salah satunya dengan sedekah. Rasulullah SAW pernah bersabda “Sedekah itu dapat menghapus dosa sebagaimana air itu memadamkan api.” (HR. At-Tirmidzi).

Allah SWT akan memberikan pahala yang banyak bagi orang yang bersedekah. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (Qs. Al Hadid: 18).

Jika melakukan sedekah harta terlihat berkurang, namun kekurangan tersebut akan ditutup dengan pahala di sisi Allah SWT dan akan terus bertambah kelipatannya menjadi lebih banyak. Hal ini merupakan janji Allah yang yang disebutkan dalam surat Saba “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezeki sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39).

Dengan merasakan penderitaan orang lain, akan muncul rasa peduli. Hal inilah yang membuat hati menjadi lembut. Rasulullah SAW bersabda, "Jika kamu ingin melembutkan hatimu, berilah makan fakir miskin dan belailah kepala anak yatim." (HR. Ahmad).

Orang yang bersedekah dengan ikhlas akan memperoleh syafaat pada hari kiamat kelak. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Saw, “Seseorang yang bersedekah dengan tangan kanannya, dia menyembunyikan amalnya itu sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya.” (H.R. Bukhari).

Yang perlu juga untuk diketahui, ialah sedekah harus menggunakan uang yang halal. Karena sedekah merupakan amalan yang sangat mulia, dan mendapat pahala jika dikerjakan maka harus dilakukan dengan cara yang baik serta mulia pula. Akan tetapi, bagaimana jika bersedekah menggunakan uang haram? misalnya seperti menggunakan uang hasil berjudi. Bersedekah dengan uang judi diibaratkan seperti mencuci kain dengan air kencing, bukannya bersih malah bertambah kotor. Hal ini karena uang hasil judi merupakan uang haram dan tidak boleh digunakan.

Yuk cari tahu mengenai hal tersebut di Podcast Ustadz Zacky Mirza. Kali ini, ia akan membahas tentang “Main Judi Tapi Sedekah, Nah Hukum Dalam Islam Bagaimana” Yuk dengerin dan jangan sampai ketinggalan! Kalian bisa mendengarnya di Audio+ bagian dari RCTI+ pada Jum’at 21 April 2023 pukul 17.00 WIB. Jangan lupa juga untuk download aplikasi RCTI+  hanya di App Store dan Google Play Store ya!

Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar UIN Syarief Hidayatullah, Prof Dr Muhammad Amin Suma, memberikan pandangan mengenai pertanyaan yang sering ditanyakan, "Bolehkah sedekah dengan harta hasil korupsi?". Dengan mengutip ayat Alquran surat Al-Baqarah (2) ayat 267, pakar syariah & hukum Islam itu menekankan pentingnya menggunakan harta yang diperoleh secara baik-baik untuk berinfak di jalan Allah SWT.

Dia juga merujuk pada hadits yang menekankan pentingnya usaha yang halal. Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa harta yang diperoleh dari korupsi tidaklah halal, karena itu tidak dikenai wajib zakat.

“Sedekah dengan harta hasil korupsi juga tidak diperbolehkan menurut pandangan syariah. Sedekah seharusnya dilakukan dengan harta yang diperoleh secara halal dan baik,” kata prof Suma, dikutip dari kolom Sharia Republika pada Jumat (29/3/2024).

Dilansir Lembaga Amil Zakat Ummul Quro (LAZUQ), sedekah terikat pada prinsip-prinsip kebaikan dan kesucian. Sebagaimana yang diajarkan dalam Alquran surat al-Baqarah ayat 267, Allah tidak menerima kecuali yang baik. Dengan demikian, sedekah dengan uang haram tidak akan diterima oleh-Nya.

Harta yang dianggap haram bisa berasal dari dua hal yakni haramnya sifat atau haramnya cara memperolehnya. Harta yang haram secara sifat, seperti daging babi atau minuman keras, juga tidak boleh disedekahkan. Sedangkan harta yang diperoleh secara haram, misalnya hasil mencuri, korupsi, atau menipu, juga termasuk dalam kategori yang tidak boleh disedekahkan.

Tidak hanya ditolak, sedekah dengan uang haram juga dianggap hukumnya haram. Artinya, orang yang melakukannya tidak akan mendapat pahala, bahkan dapat mendapat dosa. Karena itu, dilarang memanfaatkan dan menyedekahkan harta yang diperoleh secara haram.

Bagi orang yang ingin bertaubat dari perbuatan haram, disarankan untuk mengembalikan harta tersebut kepada pemiliknya atau kepada yang berhak. Misalnya, jika hasil korupsi uang negara, sebaiknya dikembalikan kepada negara. Jika itu hasil riba, seperti bunga bank, ada beberapa pandangan ulama yang memperbolehkannya untuk kemaslahatan umum, misalnya untuk pembangunan infrastruktur.

UAH mengatakan, jika ingin benar-benar hijrah, maka sejatinya harus meninggalkan total perbuatan buruk yang pernah ia lakukan. Termasuk hasil judi tidak disarankan dijadikan modal.

UAH memberikan cara mengeluarkan harta haram, yaitu dengan menyalurkan ke tempat-tempat umum. Akan tetapi, jika belum ada modal sama sekali dan ingin berusaha, maka menurut UAH boleh digunakan sementara.

"Kalau nggak ada sama sekali (modal halal), Anda bisa gunakan itu sementara untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Itu boleh dalam keadaan darurat," terang UAH.

Kemudian setelah mendapatkan modal yang halal, maka keluarkan harta dari modal yang haram tersebut ditambah juga infak dan sedekah dari harta yang halal untuk menutupi kekurangan.

Harta Kotor Akan Beredar dalam Darah Daging

UAH menambahkan bahwa harta kotor jika masuk kedalam tubuh akan beredar dengan darah daging lalu menjadikan orang tersebut sulit melakukan kebaikan.

"Dia akan beredar dengan darah. Kalau masuk ke telinga jadi daging, dia akan menutup sumber kebaikan, kalau ke mata akan menjadi penghalang. Nanti kalau masuk ke dalam tubuh kita ada penyakit. Kalau dimakan oleh keluarga maka akan jadi bara neraka nantinya. Anak-anaknya mulai sulit diingatkan sholat., mulai sulit baca Al-Qur'an, mulai sulit menghafal dan sebagainya," pungkas UAH.

Mengutip sejarawan muslim Shafiyurrahman Al Mubarakfury, Habib Jafar menjelaskan bahwa judi di era jahiliyah seperti perkara yang ditanyakan tadi. Yakni melakukan judi untuk diberikan kepada orang lain.

“Mereka itu berjudi tapi niat dan tujuannya baik. Jadi, mereka berjudi tapi niat dan tujuannya untuk bersikap dermawan dan memuliakan tamu. Ketika mereka kedatangan tamu dan mereka tidak punya apa-apa untuk disuguhkan, maka mereka itu berjudi untuk memberikan suguhan,” terangnya.

“Karena itu judi menjadi tradisi di era jahiliyah untuk menyambut tamu,” tambahnya.

Selain judi, khamar juga menjadi tradisi di zaman jahiliyah untuk memuliakan tamu. Tujuannya agar tamu merasa nyaman dan bisa mengobrol ke sana ke mari.

“Jadi, itulah justru sejatinya judi di zaman jahiliyah yang kemudian diharamkan dalam Islam,” tuturnya.

“Kalau Anda berjudi dan hasilnya untuk sedekah itu haram sebagaimana judi di zaman jahiliyah. Kalau hasilnya tidak buat sedekah buat dimakan sendiri apalagi, berarti Anda lebih buruk dari orang orang kafir Quraisy Jahiliyah,” jelas Habib Jafar.

Menurut Habib Jafar, Allah itu Maha Baik dan hanya menerima segala sesuatu yang baik. Sebagai hamba-Nya, tidak perlu sampai menerobos perkara haram untuk sekadar membahagiakan Allah.

“Karena Anda dengan tidak menerobos hal yang haram saja itu sudah membahagiakan Allah,” tandasnya.

Jakarta, InfoPublik – Belum lama ini Presiden Joko Widodo melakukan pertemuan dengan jajaran Kepolisian RI (Polri) – mulai dari para pejabat utama Mabes Polri, para Kapolda, hingga para Kapolres seluruh Indonesia di Istana Negara, pertengahan Oktober lalu (14/10/2022).

Tampaknya pertemuan ini dilatarbelakangi kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat yang melibatkan mantan Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo yang kemudian mendapat perhatian publik secara luas.

Dalam pertemuan itu, Presiden memberikan arahan agar Polri tetap menjaga kesolidan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Selain itu, Presiden juga meminta jajaran Polri melakukan langkah-langkah perbaikan dan Tindakan tegas terhadap berbagai hal yang dapat menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat kepada institusi Polri. Mulai dari gaya hidup hingga pelanggaran yang dilakukan oleh jajaran Polri.

“Termasuk juga tentunya pemberantasan judi online, pemberantasan narkoba, dan pemberantasan hal-hal yang tentunya sangat mengganggu dan meresahkan masyarakat," ungkap Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menjelaskan isi pertemuan dengan Presiden Jokowi.

Sebelumnya Jenderal Sigit juga telah membentuk Tim Khusus Gabungan Polri-Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) yang bekerja memberantas perjudian – baik dalam bentuk judi online(daring) maupun judi konvensional. Dalam sebulan terakhir, periode Agustus hingga September 2022 lalu, PPATK telah menghentikan sementara transaksi terhadap 242 rekening karena diindikasikan ada kaitannya dengan aktivitas judi. Hasil analisis ini telah disampaikan oleh PPATK kepada kepolisian untuk ditindaklanjuti.

Sementara pihak kepolisian telah menetapkan 10 orang menjadi tersangka kasus judi daring kelas atas – dan para tersangka tersebut masih buron. “Ke-10 orang tersangka berstatus DPO dan diduga terlibat dengan kelompok judi online kelas atas," kata Jenderal Sigit kepada wartawan di Mabes Polri, Jakarta pada akhir September 2022 lalu.

Dari ke-10 tersangka tersebut, empat orang tersangka terindikasi berada di dalam negeri. Sedangkan enam orang lagi diduga berada di luar negeri.

“Koordinasi PPATK dan Polri terus berjalan, dan proses penyidikan maupun penyelidikan terus dilakukan oleh Kepolisian,” kata Kepala PPATK Ivan Yustiavandana dalam keterangan pers yang diterima InfoPublik beberapa waktu lalu.

Sejak PPATK berdiri, aktivitas aliran uang yang diduga dari judi juga menjadi bagian dari pantauan PPATK karena merupakan salah satu tindak pidana asal dari praktik Pencucian Uang.

“Sejak tahun 2017 transaksi judi daring cenderung meningkat tiap tahunnya dengan jumlah total transaksi yang dianalisis mencapai lebih dari Rp155 triliun, dan ada 25 kasus judi daring telah disampaikan kepada aparat penegak hukum oleh PPATK sejak tahun 2019 hingga tahun 2022,” jelas Ivan.

Aktivitas judi daring di Indonesia kian merebak di masyarakat. Beragam modus untuk menggaet korban terus dilancarkan. Perkembangan teknologi yang semakin canggih menjadi salah satu keuntungan yang dimanfaatkan oleh para pelaku untuk mengembangkan aksinya sekaligus menjauhkan hasil judi daring agar tidak dapat terendus.

“Perjudian khususnya judi online menjadi marak karena besarnya demand pemain judi di masyarakat sehingga penyedia judi terus tumbuh dan dengan mudah berubah bentuk apabila operasi mereka terdeteksi oleh penegak hukum,” tegas Ivan.

Ivan menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk tidak lagi tergiur dengan berbagai bentuk judi online. Ia bahkan berharap masyarakat dapat bekerja sama dalam bentuk memberikan informasi penting terkait dengan judi daring melalui kanal pengaduan publik aparat penegak hukum maupun pengaduan pencucian uang PPATK.

“Informasi yang valid akan mempercepat suatu proses penelusuran aliran dana. Oleh sebab itu, partisipasi masyarakat penting untuk mengungkap seluruh pihak yang dimungkinkan terlibat dalam pertumbuhan subur aktivitas judi online di Indonesia,” ujar Ivan.

Kolaborasi dengan berbagai pihak terkait juga menjadi kunci keberhasilan pemberantasan dan pencegahan judi daring maupun konvensional, seperti keterlibatan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dalam pengawasan dan penghentian sejumlah Penyelenggaraan Sistem Elektronik terindikasi judi online. Peran serta masyarakat untuk saling mengingatkan ataupun menegur orang terdekat yang terindikasi menjadi pelaku judi daring juga menjadi salah satu cara efektif untuk mencegah perilaku kecanduan judi.

Sementara itu Kementerian Kominfo sejak 2018 hingga 22 Agustus 2022 lalu telah melakukan pemutusan akses terhadap 566.332 konten di ruang digital yang memiliki unsur perjudian, termasuk akun platform digital dan situs yang membagikan konten terkait kegiatan judi, dengan rincian penanganan per tahunnya sebagai berikut:

Pemutusan akses tersebut dilakukan berdasarkan hasil temuan patroli siber, laporan dari masyarakat, dan laporan instansi Pemerintah atas penemuan konten yang memiliki unsur perjudian.

Patroli siber yang dilakukan oleh Kementerian Kominfo didukung oleh sistem pengawas situs internet negatif atau AIS, yang beroperas selama 24 jam tanpa henti oleh tim Direktorat Pengendalian Aplikasi Informatika.

Namun begitu, Kementerian Kominfo menyadari bahwa pemutusan akses bukan menjadi satu-satunya solusi untuk memberantas judi daring. Kementerian Kominfo juga mendorong peningkatan literasi digital masyarakat melalui program Gerakan Nasional Literasi Digital untuk membentengi masyarakat dari berbagai konten negatif di ruang digital, termasuk perjudian daring. Kegiatan tersebut dilakukan bersama para pemangku kepentingan terkait baik dari komunitas masyarakat sipil, pelaku industri, media, akademisi, instansi pemerintahan, dan lembaga terkait lainnya.

Kementerian Kominfo turut mendukung upaya penegakan hukum atas pelaku judi online dan bekerja sama dengan Polri dalam upaya pemberantasan berbagai macam konten negatif di internet. Khusus untuk kegiatan perjudian daring, seperti dalam Pasal 45 ayat 2 UU ITE mengancam pihak yang secara sengaja mendistribusikan atau membuat dapat diaksesnya judi online, diancam dengan pidana penjara paling lama 6 tahun dan/atau denda paling banyak Rp1 miliar. Pasal 303 bis KUHP turut mengancam para pemain judi dengan pidana penjara paling lama 4 tahun dan/atau denda pidana paling banyak Rp10 juta.

Adapun beberapa tantangan yang dihadapi dalam upaya penanganan judi online di antaranya:

Untuk menunjang upaya pemberantasan judi daring secara bersama, Kementerian Kominfo membuka kanal aduan masyarakat melalui tautan https://aduankonten.id/ untuk melaporkan penemuan dengan konten negatif di platform digital dan pengaduan nomor melalui aduan penyalahgunaan jasa telekomunikasi ke akun Twitter @aduanPPI milik Kementerian Kominfo apabila menerima pesan terkait judi daring yang dikirim melalui SMS.

Keterangan Foto: Aparat sedang gencar memberantas judi online. Ilustrasi foto petugas menata barang bukti kasus judi online saat konferensi pers di Polresta Denpasar, Bali, Rabu (24/8/2022) - ANTARA/Fikri Yusuf

Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber infopublik.id

Halo Tribun Lampung. Saya pembaca setiamu. Saya ingin tanya apa hukumnya meminjami uang orang lain yang didapat dari hasil berjudi tapi punya niat ingin mengembalikannya? Terima kasih.

Pengirim: +6285669648xxx

Sebaiknya tidak usah meminjam uang dari sumber yang tidak jelas (hasil judi). Karena itu batil atau dilarang agama. Lebih baik meminjam di bank syariah yang sudah jelas sumbernya dan tidak ada riba.

H Mawardi ASKetua MUI Lampung (reny)

Sedekah atau infak merupakan amalan mulia dalam Islam yang dianjurkan untuk dilakukan. Namun, bagaimana jika barang yang akan disedekahkan tersebut merupakan hasil dari perbuatan tercela seperti mencuri?

Pertanyaan ini seringkali muncul dikalangan masyarakat. Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu merujuk pada pandangan para ulama.

Hukum Mencuri dalam Islam

Sebelum membahas lebih jauh mengenai sedekah barang curian, perlu dipahami bahwa mencuri merupakan perbuatan yang sangat dilarang dalam Islam. Menurut buku Dosa-dosa Jariah karya Rizem Aizid, hukum mencuri adalah haram karena merugikan orang lain.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam Al-Qur'an, Allah SWT dengan tegas melarang perbuatan mencuri dan memberikan ancaman hukuman yang berat bagi pelakunya.

Allah SWT berfirman dalam surah Al-Ma'idah ayat 38:

وَٱلسَّارِقُ وَٱلسَّارِقَةُ فَٱقْطَعُوٓا۟ أَيْدِيَهُمَا جَزَآءًۢ بِمَا كَسَبَا نَكَٰلًا مِّنَ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Arab-Latin: Was-sāriqu was-sāriqatu faqṭa'ū aidiyahumā jazā`am bimā kasabā nakālam minallāh, wallāhu 'azīzun ḥakīm

Artinya: Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Sedangkan dalam surah An Nisa ayat 29, Allah SWT berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَأْكُلُوٓا۟ أَمْوَٰلَكُم بَيْنَكُم بِٱلْبَٰطِلِ إِلَّآ أَن تَكُونَ تِجَٰرَةً عَن تَرَاضٍ مِّنكُمْ ۚ وَلَا تَقْتُلُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا

Arab-Latin: Yā ayyuhallażīna āmanụ lā ta`kulū amwālakum bainakum bil-bāṭili illā an takụna tijāratan 'an tarāḍim mingkum, wa lā taqtulū anfusakum, innallāha kāna bikum raḥīmā

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

وَالثَّانِي مَا يَكُوْنُ مَنْشَأُ الْحُرْمَةِ غَيْرَ ذَلِكَ الْمَحَلِّ كَحُرْمَةِ أَكْلِ مَالِ الْغَيْرِ فَإِنَّهَا لَيْسَتْ لِنَفْسِ ذَلِكَ الْمَالِ بَلْ لِكَوْنِهِ مِلْكَ الْغَيْرِ

Artinya, “Kedua, yaitu barang yang penyebab haramnya selain esensi (barang) tersebut, seperti keharaman memakan harta orang lain, karena sesungguhnya (keharaman tersebut) bukan karena esensi barangnya, namun karena milik orang lain.” (At-Taftazani, Syarhut Talwih ‘alat Taudhih li Matnit Tanqih fi ushulil Fiqh, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah: 1996], juz II, halaman 263).

Karena harta haram masih menjadi milik pemiliknya yang asli, maka menggunakannya tidak diperbolehkan. Termasuk juga menggunakannya untuk membayar utang sebagaimana kasus-kasus yang umum terjadi saat ini, yang mana hasil judi online digunakan untuk membayar utang.

Tidak hanya itu, semua akad atau transaksi yang dilakukan dengan cara yang rusak (fasid), hasilnya pun tidak halal, sehingga orang-orang yang terlibat di dalamnya tidak boleh menggunakan barang yang diraih dari transaksi yang cacat tersebut. Bahkan ia wajib mengembalikan uang yang didapatkan kepada pemilik aslinya. Berkaitan hal ini, Imam Syihabuddin Ar-Ramli (wafat 957 H) dalam kitabnya mengatakan:

سُئِلَ: هَلْ الْمَأْخُوذُ بِالْبَيْعِ الْفَاسِدِ مَعَ رِضَا الْمُتَبَايِعَيْنِ حَلَالٌ أَمْ لَا؟ فَأَجَابَ: بِأَنَّهُ لَا يَحِلُّ لِلْآخِذِ لَهُ التَّصَرُّفُ فِيهِ لِأَنَّهُ يَجِبُ عَلَى كُلٍّ مِنْهُمَا رَدُّ مَا أَخَذَهُ عَلَى مَالِكِهِ

Artinya, “(Imam Ar-Ramli) ditanya: "Apakah barang yang didapatkan dari transaksi yang rusak dengan kerelaan dari kedua pihak dihukumi halal atau tidak?" Lalu ia menjawab: "Sesungguhnya tidak halal bagi orang yang mendapatkannya untuk menggunakannya, karena wajib bagi keduanya mengembalikan apa yang telah ia dapatkan kepada pemiliknya".” (Ar-Ramli, Fatawar Ramli, [Maktabah al-Islamiyah: tt], juz II, halaman 470).

Dari penjelasan dapat disimpulkan bahwa membayar utang menggunakan uang hasil judi online, sebagaimana marak terjadi saat ini, hukum tidak diperbolehkan. Karena status uang bukan menjadi hak miliknya yang halal, sehingga ia tidak berhak menggunakannya untuk apapun.